MATEMATIKA ARAB
Sejarah
Matematika Islam (Arab)
Mesir Kuno (Babylonia dan Mesopotania),
matematika dipergunakan dalam perdagangan, peramalan dalam musim pertanian,
teknik pembuatan bangunan air. Pada peradaban Yunani Kuno, matematika digunakan
sebagai cara berpikir nasional dengan menerapkan langkah-langkah dan definisi
tertentu tentang hal-hal yang berhubungan dengan matematika Arab, Cina, dan
India pada tahun 1000 telah mengembangkan ilmu hitung dalam aljabar bahkan kata
aljabar dari bahasa Arab algebria. Pada saat itu telah didapatkan cara
perhitungan dengan angka (0) dan cara menggunakan decimal untuk kepraktisan
cara aljabar. Zaman renaisme matematika modern telah diterapkan anatara lain
kalkulus dan defensial. Pada abad 18 terjadi revolusi industry, berkembang ilmu
ukur non Emelid oleh Ganes (1777-1855) dan oleh Einstein dikembangkan dari
teori relativitani.
Sejarah mencatat bahwa setelah yunani
runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini
berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat dan
didominasi oleh umat Islam Arab. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rashid,
khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang dimulai pada sekitar tahun
786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika bangsa
Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Pada masa kekhalifahan berikutnya, yaitu
khalifah Al-Ma’mun, beliau menerjemahkan naskah Elements (berisi kumpulan
pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid.
Dalam satu sumber yang ditulis
J.J.O’Connor dan E.F.Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya telah
banyak berutang pada ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa
perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad
ke-18 di dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim
berabad-abad sebelumnya.
Tokoh-tokoh Matematika Islam (Arab)
a) Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi (Khawarizm, Uzbekistan 194
H/780 M, Baghdad 266 H/850 M). ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika,
astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa
Al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka (0) yang dalam
bahasa arab disebut sifr. Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para
ilmuwan mempergunakan abacus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan,
ratusan, ribuan, dan seterusnya untuk menjaga agar setiap angka tidak saling
bertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan
seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan
mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab,
termasuk angka nol), hasil penemuan Al-Khawarizmi. Dengan demikian angka nol
baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan
Al-Khawarizmi.
b) Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan
besar-besaran karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Disamping menerjemah,
Al-Kindi juga memperbaiki terjemahan sebelumnya. Ia adalah filosof berbahasa
Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh
ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, diantara sekian banyak
ilmu, ia sangat menghargai matematika, bagi Al-Kindi, adalah mukaddimah bagi
siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting
sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat
tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika disini meliputi ilmu
tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi.
c) Al-Karaji
Al-Karaji dianggap sebagai ahli
matematika tekemuka dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar
dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar pada polynominal
memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynominal. Dalam
karya pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke memuji
Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori
aljabar kalkulus. Al-Karaji juga yang pertama menggunakan metode pembuktian
dengan induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan
kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam
integral kalkulus.
d) Al-Battani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan
pakar-pakar di bidang trigonometri. Mereka antara lain adalah Al-Battani
(850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn
Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri. Al-Battani adalah
tokoh bahasa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim terbesar
dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level
yang lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun table cotagen.
e) Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar
trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli geografi, astronom, ahli fisika,
dan pakar matematika. Al-Biruni juga memperkenalkan ppengukuran geodesi dan
menentukan keliling bumi dengan cara yang lebih akurat. Dengan bantuan
matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di
dunia.
f) Umar
Khayam
Umar Khayyam dikenal sebagai seorang
penyiar, namun Umar Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika,
terutama dalam bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan
pertama yang menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi
dalam aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
g) Ibnu
Sina
Ibnu Sina adalah seorang tokoh
cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran. Selain itu, dia juga
seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan kesatuan
dari eksponen), ahli fisika, penyiar, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan,
dan seorang guru. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak pengobatan Modern. Dia
juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah Avicennism, yang
berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.
Sistem Bilangan Matematika Islam (Arab)
System bilangan Arab atau angka Arab
(Arabic Numerals) merupakan sebuah system bilangan popular yang terdiri dari
angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). System angka ini paling banyak
digunakan di zaman modern ini. Angka Arab di populerkan oleh matematikawan
Islam di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian,
dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
Bentuk evolusi dari angka Arab, yaitu
angka Arab Latin (yang banyak digunakan sekarang) muncul pertama kali di Moroko
dan Spanyol (Andalusia) di akhir abad ke-10, dan dikenal sebagai angka
“Ghubar”. Layaknya huruf Latin, angka Ghubar bisa digunakan dari kiri-kanan.
Angka Arab Latin ini kemudian menjadi
popular dan menggantikan angka Romawi di Italia dan kemudian seluruh Eropa.
Ditambah lagi sejak ditemukannya Mesin Cetak di abad ke-15, angka Arab Latin
menjadi sangat popular dan digunakan di hampir semua kerajaan di Eropa.
Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka
(0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab.
Alas an mereka lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah
karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-10 melalui bangsa Arab di
Afrika Utara. Dahulu dan sampai sekarang digit-digit tersebut masih
dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di
sisi lain, orang-orang Arab menyebut system tersebut dengan nama “Angka Hindu”,
yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak boleh
diricuhkan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab di Timur
Tengah ٠١٢٣٤٥٦٧٨٩)), yang disebut dengan nama lain Angka
Arab Timur; atau dengan angka-angka
lain yang saat ini dipergunakan di India misalnya :
Sekarang,
angka Arab Latin telah menjadi angka Internasional dan digunakan di hampir
seluruh dunia. Bahkan di Negara yang tidak menggunakan huruf Latin sekalipun
seperti cina, korea, jepang, india, Thailand, dll. Angka Arab Latin sesekali
digunakan menggantikan angka tradisionalnya. Sedangkan angka Romawi terkadang
masih digunakan untuk tujuan formalitas atau seni. Berikut bentuk angka Arab:
Komentar
Posting Komentar